16 Oktober 2012

Apa Bedanya Guru Dulu dengan Guru Sekarang?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz3JlzMX-ntUX0h5bc4V-vZ9WfwkUmsWObvDKRib0a3BOgCmnQx0qTX7WU6sYffRJi_diaSUNeOjLpCUCEEzmaCK17o8F_P_XkTV0m6nSKDe2OmduOzvqyre9AIXsisOtGU48uKLPy2go/s1600/arip+nurahman.jpgMasih teringat dan belum selesai kasus tawuran antar pelajar dan Miyabi di LKS, yang menjadi sorotan media beberapa minggu terakhir. Tentu saja ini sedikit banyak mencoreng dunia pendidikan di negeri ini. Dan mau tidak mau, sekolah dan guru juga menjadi lembaga dan orang yang juga menjadi perhatian. Penilaian masyarakat luas sangat beragam terhadap kasus ini yang secara tidak langsung akan mengurai permasalahan-permasalahan yang dihadapi di dunia pendidikan.

Di tulisan ini akan membahas faktor interen pendidikan, khususnya sekolah atau guru. Sekolah dianggap membiarkan saja bentuk kekerasan, walau sebenarnya tidak ada lembaga pendidikan atau tenaga pendidikan yang menghendaki sebuah kekerasan. Ada juga yang berkomentar, guru sekarang berbeda dengan guru yang dulu. Katanya guru sekarang mendidik tidak dengan hati, mereka mengajar untuk pekerjaan.

Kalau dilihat dari sejarahnya, memang guru sekarang lebih enak dibanding dengan guru zaman dulu jika dilihat dari segi kesejahteraan. Walau hal ini juga bisa dibantah, karena masih banyak guru yang berstatus guru honorer atau guru tidak tetap yang jauh mendapat perhatian. Secara umum, keterbatasan sarana dan prasarana mulai berkurang, seharusnya pendidikan kita tidak hanya jalan di tempat.

Guru zaman dalam melaksanakan tugasnya cenderung dalam keterbatasan, bangunan yang rusak, buku yang tidak lengkap, gaji yang sedikit. Tetapi dengan keterbatasan itu guru mampu mengatasinya dengan terus mendidik anak-anak yang mampu menjadi penerus bangsa. Masyarakat sebenarnya sederhana dalam memaknai keberhasilan pendidikan, bukan dengan angka misalnya mendapat selalu mendapat juara atau mendapatkan nilai tertinggi. Masyarakat menilai keberhasilan anak didiknya tidak hanya keberhasilan akademis, tetapi anaknya bisa dewasa secara emosional, memiliki karakter yang baik dan bisa bersikap terpuji.

Guru zaman dahulu memiliki kewenangan yang luas untuk mendidik anak di sekolah, sebagai orang tua di sekolah. Tidak ada yang namanya orang tua melaporkan guru anaknya. Orang tua dan guru bisa berhubungan dengan harmonis dengan orang tua anak didik. Ketika pulang ke rumah, orang tua bisa menjadi guru yang baik bagi anaknya, masyarakat mampu mengajarkan nilai kehidupan.

Berbeda zaman tentu juga berbeda tantangan yang dihadapai, guru zaman sekarang tidak lagi terlalu dipusingkan dengan keterbatasan. Guru zaman sekarang lebih banyak tuntutan dan aturan yang harus dipatuhi. Sistem dan aturan memaksa guru terseret untuk melakukan yang menyalahi makna dari profesinya. Mulai dari diombang-ambingkan dengan kepentingan penguasa daerah, aturan yang membuat ruang gerak terbatas. Sibuk dengan tugas administrasinya. Semua menjadi terasa harus seperti yang ada di dalam buku.

Satu lagi yang membedakan guru sekarang dengan guru dulu adalah, guru sekarang kurang lagi dihormati oleh anak didiknya. Pertanyaan besarnya, mengapa guru tidak lagi dihormati anak didiknya? Jika dulu, anak didik selalu menghormati anak didiknya bahkan sering didengar cerita anak didik yang rela menunggu di depan pintu gerbang untuk menunggu gurunya datang dan membawakan tas dan sepedanya. Walau kadang guru memberikan hukuman pada anak didik, tetapi anak tetap menghoramati gurunya.

Penyakit-penyakit yang Harus Diwaspadai Guru


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjapcr_yRAuBrEWmYw_E0MU7rJfXrmeWgIZnm9D3TfBUA6nsV772Nw1vxV2I4Q8fdb7sLBpDVnUd5NdhSTUP8VnMBEntUGwdv2huA3i3Ze5UsVkDhOhqKeUtSAhvhs_f6LlN64KbyOelzg/s1600/guru+sakit.jpg 
Semakin bertambah umur penyakit-penyakit mulai juga menjangkiti, termasuk juga guru. Setidaknya ada beberapa penyakit yang apabila diderita akan mengurangi profesionalisme guru. Oleh sebab itu semua guru untuk mewaspadai jenis penyakit ini, yang apabila sudah menyerang guru akan menghalanginya menjadi guru yang profesional.

Untuk menjadi guru yang profesional itu membutuhkan kemauan, kemampuan dan keterampilan yang tinggi dan mau mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk. Inilah penyakit-penyakit yang harus diwaspadai guru, seperti yang dikatakan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Gorontalo, Idah Syahidah yang dikutip dari Republika.

1. Tipes = tidak punya selera
Gejala dari penyakit ini adalah selalu monoton dalam memberikan pelajaran, sehingga anak-anak menjadi bosan dan malas untuk mengikuti pelajaran

2. Mual = mutu amat lemah
Kualitas guru yang kurang sehingga berpengaruh pada hasil kegiatan belajar mengajar, walau sudah mendapatkan tunjangan sertifikasi untuk peningkatan mutu.

3. Kudis = kurang disiplin
Bisa terlihat dari datang yang terlambat dan sebagainya. Para guru yang dapat menyebabkan murid-murid juga akan meniru kebiasaan negatif tersebut.

4. TBC = tidak bisa computer
Kemajuan teknologi komputer yang bisa dimanfaatkan untuk penunjang kegiatan pembelajaran atau administrasi malah memilih cara lama. Karena alasan tidak bisa komputer dan malas belajar.

5. Kram = kurang terampil
Ada media pembelajaran di sekolah, tidak dipakai dibiarkan saja sampai rusak karena waktu bukan rusak karena dipakai ketika belajar mengajar.

6. Asam urat = asal sampaikan materi kurang akurat
"Anak-anak dibuka halaman 25, dibaca sampai halaman 27, lalu halaman 28 dikerjakan ya!". Mungkin kurang lebih seperti itulah.

7. Lesu = lemah sumber
Hanya memiliki sedikit buku penunjang. Apalagi kalau hanya menggunakan LKS yang sebenarnya bukan LKS yaitu rangkuman materi dan kumpulan soal.

8. Diare = di kelas anak-anak remehkan
Bisa jadi karena hanya ceramah di depan. Atau jika tidak hubungan guru dan murid hanya sebatas bukan guru yang disukai murid-muridnya.



7 Mata Pelajaran untuk SD di Kurikulum Baru 2013


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfQulvQe0FFBdqUGYc4aXWOxYmP0cx2La71RWQrrzP-nsWk-P_sJesVNaFdi1te1F1hciJltnd8ybDcJR7BLRPCdG6pjKIVUKKCV3vH2SLIdOsCRu9e96giWvVRz9UcD-anYd7LAaOkQ0/s1600/images.jpg 


Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengubah kurikulum KTSP 2006 dengan kurikulum baru yang akan mulai berlaku 2013 sudah bisa dipastikan akan benar terjadi. Kurikulum pendidikan nasional yang saat ini masih digodok dan jadwalnya akan Februari 2013 nanti terjadi penyederhanaan jumlah mata pelajaran.

Kurikulum pendidikan nasional dengan konsep penyederhanaan jumlah mata pelajaran terus digodok bersama tim dari pemerintah pusat dan sejumlah pakar pendidikan. Hampir dipastikan untuk siswa sekolah dasar (SD) hanya akan ada 7 mata pelajaran dari 11 mata pelajaran sebelumnya diajarkan di bangku sekolah dasar.

Seperti dikatakan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Suyanto yang dikutip dari Kompas (02/10). Inilah 7 mata pelajaran yang akan diajarkan untuk siswa SD di kurikulum pendidikan baru 2013:
1. Pendidikan Agama
2. Bahasa Indonesia
3. PPKn
4. Matematika
5. Kesenian
6. Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan
7. Pengetahuan Umum

Khusus untuk mata pelajaran IPA dan IPS, Kemendikbud menilai kedua mata pelajaran itu belum perlu dipisahkan untuk jenjang SD. Diwacanakan, keduanya akan dilebur menjadi satu mata pelajaran bernama Pengetahuan Umum yang memiliki muatan yang terintegrasi dengan jenjang SMP dan SMA.

Sebelumnya Suyanto juga menyampaikan jumlah mata pelajaran di SD untuk kurikulum pendidikan baru ini akan lebih disederhanakan, tetapi muatannya lebih mendalam. Hal ini berbeda dengan kondisi mata pelajaran di SD saat ini yang cakupannya terlalu luas, tetapi tidak sebanding dengan isi materinya.

Tips Menjadi Guru yang Disenangi Muridnya

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi50EvNnV1Adv10RXoVhJsV1pV5Z0yv9RJjgN0XqrtU6ZOnTh3bGbD9EyMMAwzBhF4z_Pjggzg9T_BDt1Dx6YpOgp5nwt_EvikQDItI48Bj3mQufPWYShReHr5rUoIuzt4UuNQhSGOOkuM/s1600/by+Kurnia+Septa+1342.jpg 


Tentunya menjadi harapan dan keinginan semua guru untuk bisa disukai atau disenangi murid-muridnya. Pasti begitupun dengan Anda sebagai Bapak Ibu guru SD. Guru yang di senangi muridnya ada tanda khusus, yaitu selalu dinanti kehadiranya. Kalau dia belum hadir, muridnya akan berusaha mencari atau menanyakannya. Bukannya ada jam kosong murid membiarkannya, dan tidak peduli. Saat diajar, ketika jam berakhir murid masih merasa kurang, dan lain sebagainya.

Menjadi guru yang disukai juga bukan berarti menuruti semua yang murid mau atau inginkan. Karena jika guru menuruti semua keinginan murid bisa jadi malah membuat keluar dari tujuan dan kegiatan proses belajar mengajar. Lalu bagaimana cara menjadi guru yang disenangi murid-muridnya? Inilah tipsnya:

1. Mengunakan metode pembelajaran yang bervariatif dan menyenangkan. Setiap materi memiliki cara penyampaiaan yang beragam. Guru jangan hanya terpaku dengan satu metode saja, misalnya hanya ceramah. Juga gunakan metode yang menyenangkan, yaitu yang membuat murid aktif dan melakukan sendiri.

2. Guru yang mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif. Guru yang menguasai materi dan menyampaikannya dengan enak dan mudah dipahami murid. Dan guru yang memberikan penilaian yang obyektif.

2. Guru yang humoris. Jika ditanya, guru yang seperti apa yang paling disukai murid? Hampir pasti kebanyakkan adalah guru yang humoris. Tentu dengan candaan dan humor membuat belajar lebih menyenangkan. Tetapi bukan berarti humor yang menyinggung kekurangan muridnya, melainkan humor pada tempat dan saat yang tepat.

3. Guru yang memberikan hak dan kebutuhan muridnya. Murid juga memiliki hak yang harus dipenuhi oleh gurunya, misalnya hak bertanya dan mendapatkan jawaban yang tepat. Dan juga guru yang senangi adalah guru yang memberikan kebutuhan siswa, baik itu kebutuhan akan karakter dan perkembangannya ataupun kebutuhan untuk dihargai.

4. Guru yang menjaga wibawa, selain menciptakan hubungan yang harmonis dengan muridnya, guru juga harus menjaga wibawanya. Itu tercermin dari tingkah laku atau sikap di dalam kelas atau di luar kelas.

5. Guru yang mampu menjadi contoh atau suri tauladan. Semakin lama semakin berkurang sosok panutan, guru harus tetap bisa menjadi contoh untuk murid-muridnya. Tidak hanya pandai berbicara tetapi juga mampu mempraktekannya.

6. Guru yang selalu berpenampilan menarik dan murah senyum serta sabar. Menjaga penampilan yang menarik, rapi membuat murid merasa betah dengan guru. Begitupun dengan senyum, murid yang yang ‘bermasalah/nakal’ akan luntur dan akan menyukai guru yang suak senyum dengan tulus dan sabar.

7. Guru yang mendidik dengan hati dan menginspirasi. Mendidik atau mengajar bukan hanya dianggap sebagai pekerjaan atau profesi, lebih dari itu juga dimaknai sebagai pengabdian dan ibadah. Murid bukan hanya sebagai obyek, tetapi juga insan seperti anak, yang tidak hanya dididik juga didoakan.

Itulah beberapa tips atau cara agar bisa menjadi guru yang disenangi murid-muridnya. Apakah Bapak Ibu punya pengalaman dan masukan untuk menjadi guru yang disenangi muridnya? Agar proses belajar mengajar bisa lebih bermakna. Di setiap akhir tahun ajaran, bisa meminta masukan dari murid, menurutnya apa saja kekurangan kita sebagai guru dan apa yang mereka inginkan.

16 Oktober 2012

Apa Bedanya Guru Dulu dengan Guru Sekarang?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz3JlzMX-ntUX0h5bc4V-vZ9WfwkUmsWObvDKRib0a3BOgCmnQx0qTX7WU6sYffRJi_diaSUNeOjLpCUCEEzmaCK17o8F_P_XkTV0m6nSKDe2OmduOzvqyre9AIXsisOtGU48uKLPy2go/s1600/arip+nurahman.jpgMasih teringat dan belum selesai kasus tawuran antar pelajar dan Miyabi di LKS, yang menjadi sorotan media beberapa minggu terakhir. Tentu saja ini sedikit banyak mencoreng dunia pendidikan di negeri ini. Dan mau tidak mau, sekolah dan guru juga menjadi lembaga dan orang yang juga menjadi perhatian. Penilaian masyarakat luas sangat beragam terhadap kasus ini yang secara tidak langsung akan mengurai permasalahan-permasalahan yang dihadapi di dunia pendidikan.

Di tulisan ini akan membahas faktor interen pendidikan, khususnya sekolah atau guru. Sekolah dianggap membiarkan saja bentuk kekerasan, walau sebenarnya tidak ada lembaga pendidikan atau tenaga pendidikan yang menghendaki sebuah kekerasan. Ada juga yang berkomentar, guru sekarang berbeda dengan guru yang dulu. Katanya guru sekarang mendidik tidak dengan hati, mereka mengajar untuk pekerjaan.

Kalau dilihat dari sejarahnya, memang guru sekarang lebih enak dibanding dengan guru zaman dulu jika dilihat dari segi kesejahteraan. Walau hal ini juga bisa dibantah, karena masih banyak guru yang berstatus guru honorer atau guru tidak tetap yang jauh mendapat perhatian. Secara umum, keterbatasan sarana dan prasarana mulai berkurang, seharusnya pendidikan kita tidak hanya jalan di tempat.

Guru zaman dalam melaksanakan tugasnya cenderung dalam keterbatasan, bangunan yang rusak, buku yang tidak lengkap, gaji yang sedikit. Tetapi dengan keterbatasan itu guru mampu mengatasinya dengan terus mendidik anak-anak yang mampu menjadi penerus bangsa. Masyarakat sebenarnya sederhana dalam memaknai keberhasilan pendidikan, bukan dengan angka misalnya mendapat selalu mendapat juara atau mendapatkan nilai tertinggi. Masyarakat menilai keberhasilan anak didiknya tidak hanya keberhasilan akademis, tetapi anaknya bisa dewasa secara emosional, memiliki karakter yang baik dan bisa bersikap terpuji.

Guru zaman dahulu memiliki kewenangan yang luas untuk mendidik anak di sekolah, sebagai orang tua di sekolah. Tidak ada yang namanya orang tua melaporkan guru anaknya. Orang tua dan guru bisa berhubungan dengan harmonis dengan orang tua anak didik. Ketika pulang ke rumah, orang tua bisa menjadi guru yang baik bagi anaknya, masyarakat mampu mengajarkan nilai kehidupan.

Berbeda zaman tentu juga berbeda tantangan yang dihadapai, guru zaman sekarang tidak lagi terlalu dipusingkan dengan keterbatasan. Guru zaman sekarang lebih banyak tuntutan dan aturan yang harus dipatuhi. Sistem dan aturan memaksa guru terseret untuk melakukan yang menyalahi makna dari profesinya. Mulai dari diombang-ambingkan dengan kepentingan penguasa daerah, aturan yang membuat ruang gerak terbatas. Sibuk dengan tugas administrasinya. Semua menjadi terasa harus seperti yang ada di dalam buku.

Satu lagi yang membedakan guru sekarang dengan guru dulu adalah, guru sekarang kurang lagi dihormati oleh anak didiknya. Pertanyaan besarnya, mengapa guru tidak lagi dihormati anak didiknya? Jika dulu, anak didik selalu menghormati anak didiknya bahkan sering didengar cerita anak didik yang rela menunggu di depan pintu gerbang untuk menunggu gurunya datang dan membawakan tas dan sepedanya. Walau kadang guru memberikan hukuman pada anak didik, tetapi anak tetap menghoramati gurunya.

Penyakit-penyakit yang Harus Diwaspadai Guru


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjapcr_yRAuBrEWmYw_E0MU7rJfXrmeWgIZnm9D3TfBUA6nsV772Nw1vxV2I4Q8fdb7sLBpDVnUd5NdhSTUP8VnMBEntUGwdv2huA3i3Ze5UsVkDhOhqKeUtSAhvhs_f6LlN64KbyOelzg/s1600/guru+sakit.jpg 
Semakin bertambah umur penyakit-penyakit mulai juga menjangkiti, termasuk juga guru. Setidaknya ada beberapa penyakit yang apabila diderita akan mengurangi profesionalisme guru. Oleh sebab itu semua guru untuk mewaspadai jenis penyakit ini, yang apabila sudah menyerang guru akan menghalanginya menjadi guru yang profesional.

Untuk menjadi guru yang profesional itu membutuhkan kemauan, kemampuan dan keterampilan yang tinggi dan mau mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk. Inilah penyakit-penyakit yang harus diwaspadai guru, seperti yang dikatakan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Gorontalo, Idah Syahidah yang dikutip dari Republika.

1. Tipes = tidak punya selera
Gejala dari penyakit ini adalah selalu monoton dalam memberikan pelajaran, sehingga anak-anak menjadi bosan dan malas untuk mengikuti pelajaran

2. Mual = mutu amat lemah
Kualitas guru yang kurang sehingga berpengaruh pada hasil kegiatan belajar mengajar, walau sudah mendapatkan tunjangan sertifikasi untuk peningkatan mutu.

3. Kudis = kurang disiplin
Bisa terlihat dari datang yang terlambat dan sebagainya. Para guru yang dapat menyebabkan murid-murid juga akan meniru kebiasaan negatif tersebut.

4. TBC = tidak bisa computer
Kemajuan teknologi komputer yang bisa dimanfaatkan untuk penunjang kegiatan pembelajaran atau administrasi malah memilih cara lama. Karena alasan tidak bisa komputer dan malas belajar.

5. Kram = kurang terampil
Ada media pembelajaran di sekolah, tidak dipakai dibiarkan saja sampai rusak karena waktu bukan rusak karena dipakai ketika belajar mengajar.

6. Asam urat = asal sampaikan materi kurang akurat
"Anak-anak dibuka halaman 25, dibaca sampai halaman 27, lalu halaman 28 dikerjakan ya!". Mungkin kurang lebih seperti itulah.

7. Lesu = lemah sumber
Hanya memiliki sedikit buku penunjang. Apalagi kalau hanya menggunakan LKS yang sebenarnya bukan LKS yaitu rangkuman materi dan kumpulan soal.

8. Diare = di kelas anak-anak remehkan
Bisa jadi karena hanya ceramah di depan. Atau jika tidak hubungan guru dan murid hanya sebatas bukan guru yang disukai murid-muridnya.



7 Mata Pelajaran untuk SD di Kurikulum Baru 2013


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfQulvQe0FFBdqUGYc4aXWOxYmP0cx2La71RWQrrzP-nsWk-P_sJesVNaFdi1te1F1hciJltnd8ybDcJR7BLRPCdG6pjKIVUKKCV3vH2SLIdOsCRu9e96giWvVRz9UcD-anYd7LAaOkQ0/s1600/images.jpg 


Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengubah kurikulum KTSP 2006 dengan kurikulum baru yang akan mulai berlaku 2013 sudah bisa dipastikan akan benar terjadi. Kurikulum pendidikan nasional yang saat ini masih digodok dan jadwalnya akan Februari 2013 nanti terjadi penyederhanaan jumlah mata pelajaran.

Kurikulum pendidikan nasional dengan konsep penyederhanaan jumlah mata pelajaran terus digodok bersama tim dari pemerintah pusat dan sejumlah pakar pendidikan. Hampir dipastikan untuk siswa sekolah dasar (SD) hanya akan ada 7 mata pelajaran dari 11 mata pelajaran sebelumnya diajarkan di bangku sekolah dasar.

Seperti dikatakan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Suyanto yang dikutip dari Kompas (02/10). Inilah 7 mata pelajaran yang akan diajarkan untuk siswa SD di kurikulum pendidikan baru 2013:
1. Pendidikan Agama
2. Bahasa Indonesia
3. PPKn
4. Matematika
5. Kesenian
6. Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan
7. Pengetahuan Umum

Khusus untuk mata pelajaran IPA dan IPS, Kemendikbud menilai kedua mata pelajaran itu belum perlu dipisahkan untuk jenjang SD. Diwacanakan, keduanya akan dilebur menjadi satu mata pelajaran bernama Pengetahuan Umum yang memiliki muatan yang terintegrasi dengan jenjang SMP dan SMA.

Sebelumnya Suyanto juga menyampaikan jumlah mata pelajaran di SD untuk kurikulum pendidikan baru ini akan lebih disederhanakan, tetapi muatannya lebih mendalam. Hal ini berbeda dengan kondisi mata pelajaran di SD saat ini yang cakupannya terlalu luas, tetapi tidak sebanding dengan isi materinya.

Tips Menjadi Guru yang Disenangi Muridnya

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi50EvNnV1Adv10RXoVhJsV1pV5Z0yv9RJjgN0XqrtU6ZOnTh3bGbD9EyMMAwzBhF4z_Pjggzg9T_BDt1Dx6YpOgp5nwt_EvikQDItI48Bj3mQufPWYShReHr5rUoIuzt4UuNQhSGOOkuM/s1600/by+Kurnia+Septa+1342.jpg 


Tentunya menjadi harapan dan keinginan semua guru untuk bisa disukai atau disenangi murid-muridnya. Pasti begitupun dengan Anda sebagai Bapak Ibu guru SD. Guru yang di senangi muridnya ada tanda khusus, yaitu selalu dinanti kehadiranya. Kalau dia belum hadir, muridnya akan berusaha mencari atau menanyakannya. Bukannya ada jam kosong murid membiarkannya, dan tidak peduli. Saat diajar, ketika jam berakhir murid masih merasa kurang, dan lain sebagainya.

Menjadi guru yang disukai juga bukan berarti menuruti semua yang murid mau atau inginkan. Karena jika guru menuruti semua keinginan murid bisa jadi malah membuat keluar dari tujuan dan kegiatan proses belajar mengajar. Lalu bagaimana cara menjadi guru yang disenangi murid-muridnya? Inilah tipsnya:

1. Mengunakan metode pembelajaran yang bervariatif dan menyenangkan. Setiap materi memiliki cara penyampaiaan yang beragam. Guru jangan hanya terpaku dengan satu metode saja, misalnya hanya ceramah. Juga gunakan metode yang menyenangkan, yaitu yang membuat murid aktif dan melakukan sendiri.

2. Guru yang mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif. Guru yang menguasai materi dan menyampaikannya dengan enak dan mudah dipahami murid. Dan guru yang memberikan penilaian yang obyektif.

2. Guru yang humoris. Jika ditanya, guru yang seperti apa yang paling disukai murid? Hampir pasti kebanyakkan adalah guru yang humoris. Tentu dengan candaan dan humor membuat belajar lebih menyenangkan. Tetapi bukan berarti humor yang menyinggung kekurangan muridnya, melainkan humor pada tempat dan saat yang tepat.

3. Guru yang memberikan hak dan kebutuhan muridnya. Murid juga memiliki hak yang harus dipenuhi oleh gurunya, misalnya hak bertanya dan mendapatkan jawaban yang tepat. Dan juga guru yang senangi adalah guru yang memberikan kebutuhan siswa, baik itu kebutuhan akan karakter dan perkembangannya ataupun kebutuhan untuk dihargai.

4. Guru yang menjaga wibawa, selain menciptakan hubungan yang harmonis dengan muridnya, guru juga harus menjaga wibawanya. Itu tercermin dari tingkah laku atau sikap di dalam kelas atau di luar kelas.

5. Guru yang mampu menjadi contoh atau suri tauladan. Semakin lama semakin berkurang sosok panutan, guru harus tetap bisa menjadi contoh untuk murid-muridnya. Tidak hanya pandai berbicara tetapi juga mampu mempraktekannya.

6. Guru yang selalu berpenampilan menarik dan murah senyum serta sabar. Menjaga penampilan yang menarik, rapi membuat murid merasa betah dengan guru. Begitupun dengan senyum, murid yang yang ‘bermasalah/nakal’ akan luntur dan akan menyukai guru yang suak senyum dengan tulus dan sabar.

7. Guru yang mendidik dengan hati dan menginspirasi. Mendidik atau mengajar bukan hanya dianggap sebagai pekerjaan atau profesi, lebih dari itu juga dimaknai sebagai pengabdian dan ibadah. Murid bukan hanya sebagai obyek, tetapi juga insan seperti anak, yang tidak hanya dididik juga didoakan.

Itulah beberapa tips atau cara agar bisa menjadi guru yang disenangi murid-muridnya. Apakah Bapak Ibu punya pengalaman dan masukan untuk menjadi guru yang disenangi muridnya? Agar proses belajar mengajar bisa lebih bermakna. Di setiap akhir tahun ajaran, bisa meminta masukan dari murid, menurutnya apa saja kekurangan kita sebagai guru dan apa yang mereka inginkan.